Karst Maros-Pangkep, Warisan Dunia dari Sulawesi Selatan

2
Karst Maros-Pangkep, Warisan Dunia dari Sulawesi Selatan (Gambar Ilustrasi)
banner-700x100

Tajamnews– Karst Maros -Pangkep menjadi bukti nyata bahwa Indonesia memiliki kekayaan alam dan budaya yang bernilai tinggi di mata dunia. Terletak di wilayah Kabupaten Maros dan Pangkep, Provinsi Sulawesi Selatan, kawasan ini merupakan salah satu bentang alam karst terbesar dan terpenting di Asia Tenggara.

Dengan luas sekitar 43.750 hektare, kawasan ini dikenal memiliki formasi batu kapur yang menjulang tinggi, gua-gua purba yang penuh misteri, serta kekayaan hayati dan budaya yang luar biasa. Pada 24 Mei 2023, kawasan ini resmi diakui sebagai UNESCO Global Geopark, memperkuat statusnya sebagai warisan alam dan budaya dunia.

Situs Lukisan Tertua Manusia Purba

Karst Maros-Pangkep menjadi perhatian dunia setelah penemuan lukisan gua tertua yang pernah ditemukan manusia. Lukisan tersebut ditemukan di Gua Leang Karampuang, menggambarkan tiga sosok manusia yang tengah berinteraksi dengan seekor babi liar. Hasil uji laboratorium menunjukkan usia lukisan ini diperkirakan mencapai 51.200 tahun.

Sebelumnya, lukisan babi liar di Gua Leang Tedongnge yang diperkirakan berusia 45.500 tahun juga telah mengubah pandangan dunia tentang sejarah seni rupa manusia. Lukisan-lukisan ini menjadi bukti bahwa peradaban dan seni telah berkembang di wilayah Asia Tenggara jauh lebih awal dari yang sebelumnya diperkirakan. Para peneliti menyebutnya sebagai narasi visual tertua dalam sejarah manusia.

Baca Juga  Banjir di Maros Makin Parah, Akses Jalan Lumpuh Total

Geopark Kelas Dunia

UNESCO mengakui kawasan ini sebagai Global Geopark karena nilai geologisnya yang luar biasa. Karst Maros-Pangkep memiliki berbagai formasi batuan yang terbentuk selama ratusan juta tahun, lengkap dengan gua-gua bawah tanah, sungai bawah tanah, dan dolina yang menjadi ciri khas bentang karst tropis.

Geopark ini menjadi tempat penting untuk edukasi geologi, konservasi lingkungan, serta pengembangan wisata berkelanjutan. Pemerintah daerah bersama komunitas lokal juga aktif mengembangkan infrastruktur ramah lingkungan serta pusat informasi geowisata.

Keanekaragaman Hayati

Selain nilai geologi dan arkeologi, kawasan ini juga kaya akan keanekaragaman hayati. Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung yang berada di dalam kawasan ini dikenal sebagai “Kerajaan Kupu-Kupu”. Lebih dari 200 spesies kupu-kupu hidup di kawasan ini, termasuk beberapa yang hanya ditemukan di Sulawesi.

Tak hanya itu, beberapa spesies ikan endemik seperti Marosatherina ladigesi dan Lagusia micracanthus ditemukan hidup di perairan dalam gua-gua karst. Keberadaan spesies langka ini menunjukkan tingginya nilai konservasi yang dimiliki kawasan karst Maros-Pangkep.

Baca Juga  STIA YAPPI MAKASSAR GELAR SOSIALISASI PENCEGAHAN 5 DOSA BESAR PERGURUAN TINGGI

Tantangan dan Pelestarian

Meski telah mendapat pengakuan dunia, kawasan ini tidak luput dari tantangan. Aktivitas penambangan batu kapur, perambahan kawasan hutan, dan dampak perubahan iklim menjadi ancaman serius terhadap kelestarian gua-gua purba dan ekosistemnya.

Lembaga penelitian dan aktivis lingkungan bekerja sama dengan pemerintah daerah dan masyarakat untuk mendorong program pelestarian, seperti pembatasan eksploitasi batuan kapur, konservasi spesies langka, hingga pendidikan publik tentang pentingnya menjaga warisan alam.

Potensi Wisata Edukasi dan Budaya

Sebagai kawasan geopark dunia, Karst Maros-Pangkep memiliki potensi besar sebagai destinasi wisata edukatif. Wisatawan dapat menyusuri gua-gua purba, mengamati lukisan zaman batu, menjelajahi sungai bawah tanah, hingga menikmati keindahan bentang karst dari atas perahu.

Kegiatan seperti ekowisata, pelatihan konservasi, dan festival budaya lokal juga mulai dikembangkan untuk memberdayakan masyarakat sekitar dan mendukung pariwisata berkelanjutan.

Karst Maros-Pangkep adalah bukti nyata bahwa Indonesia memiliki warisan alam dan budaya yang luar biasa. Pengakuan sebagai Geopark Dunia bukan hanya menjadi kebanggaan, tetapi juga tanggung jawab untuk menjaganya. Pelestarian kawasan ini bukan hanya soal menjaga lanskap, tapi juga menghargai jejak sejarah manusia dan masa depan generasi kita.(T)

banner-700x100