Kisah Agam, Tyo Dan Relawan lainnya Menjaga Jasad Juliana di Tebing Vertikal Rinjani

8
Kisah Agam, Tyo Dan Relawan lainnya Menjaga Jasad Juliana di Tebing Vertikal Rinjani (Dok. @agam_rinjani @tyo_survival)
banner-700x100

TajamNews – Kisah pendaki asal Brasil, Juliana De Souza Pereira Marins (26), yang meninggal dunia setelah terjatuh di jurang sedalam 600 meter di Gunung Rinjani, menyita perhatian luas, bahkan hingga ke negara asalnya. Di balik tragedi ini, kisah kemanusiaan luar biasa muncul dari para relawan yang terlibat dalam evakuasi.

Nama Agam Rinjani dan Tyo Survival mendadak viral. Keduanya merupakan bagian dari tim gabungan relawan dan SAR yang mengevakuasi jenazah Juliana. Mereka bukan hanya menyelamatkan, tapi juga menjaga, dalam arti yang sesungguhnya.

Salah satu momen paling menyentuh adalah ketika tim memilih untuk melakukan flying camp, yakni bermalam di tebing curam dengan kemiringan hampir 90 derajat, hanya berjarak tiga meter dari lokasi jasad Juliana ditemukan. Di tengah dinginnya malam dan bahaya batuan labil, mereka bertahan untuk Juliana.

Lewat akun Instagram-nya, Agam Rinjani mengisahkan pengalaman dramatis itu:

“Kami menginap dipinggir tebing yang curam 590 meter bersama juliana 1 malam dengan memasang ancor supaya tidak ikut meluncur lagi 300 meter” Tulis Agam pada story instagramnya @agam_rinjani.

Baca Juga  Greenpeace Indonesia: Surga Terakhir di Dunia, Berada Dalam Ancaman Kehancuran Oleh Tambang Nikel

Hal serupa juga dibagikan oleh Tyo Survival. Dalam video yang diunggah di akun @tyo_survival pada kamis (26/6) ia memperlihatkan kondisi lokasi mereka bermalam di bebatuan tajam, vertikal, dan nyaris tanpa pijakan aman.

“Setelah memastikan kondisi korban telah meninggal kami gabungan team relawan menjaga korban dan bermalam di tebing vertical yang curam dan kondisi bebatuan yang labil berjarak 3 meter dari korban, sambil menunggu team yang lain untuk mengangkat korban dari atas,” tulis keterangan pada video @tyo_survival.

Tampak dari video tersebut, para rescuer tidur menggunakan sleeping bag dalam posisi miring, beralaskan bebatuan cadas, pasir, dan kontur tanah yang tampak labil. Keselamatan mereka sepenuhnya bergantung pada tali dan alat pengaman. Tak ada tempat datar, tak ada kenyamanan, hanya dedikasi dan keberanian untuk menjaga jasad korban hingga proses evakuasi tuntas.

Meski tragedi ini meninggalkan luka mendalam, namun juga memperlihatkan sisi paling mulia dari kemanusiaan, ketika nyawa telah pergi, rasa hormat dan kepedulian tetap dijaga, bahkan di tempat paling berbahaya sekalipun.(T)

banner-700x100